Bilang Terima Kasih Dan Maaf, Please!

Mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf adalah hal yang mulia dan sangat umum dilakukan di Indonesia. Apalagi budaya Indonesia kan selalu ramah dengan senyumannya. Walaupun kadang memang kadang kita agak gengsi untuk meminta maaf. Eh hehehe.

Hal positif tersebut yang sudah membudaya di Indonesia dan patut dibanggakan tersebut, belum tentu muncul budaya serupa di negara lain. Ibarat lain ladang, lain belalang. Setiap tempat memiliki culture masing-masing. Seperti yang aku alami dan rasakan saat aku beberapa kali traveling di Singapura.

Waktu main ke rumah temen di daerah Hougang, Singapura, aku ngelihat ada iklan jenis layanan masyarakat. Isinya menganjurkan untuk ucapkan terima kasih. Aku mikir ya, nyuruh ngucapin terima kasih aja sampai diiklanin. Kata temenku orang Jakarta yang kerja di sana ini (baca: TKI hahaha :P ) "Iya nih orang Singapur jarang ngucapin terima kasih."

Well, saat itu aku rada wondering. Soalnya pegawai restoran ngucapin terima kasih. Tapi berbeda hal saat aku di Orchard Road, ada anak muda yang lagi mau ngerokok. Dia ngedeketin bapak-bapak tua yang lagi ngerokok untuk pinjam korek api. Dikasih lah koreknya ke anak muda itu. Setelah nyalain rokoknya, si anak muda itu pergi begitu aja tanpa bilang sepatah katapun. Ngoook moment.

Tapi salutnya, pemerintah Singapore ini sangat care banget, baik sama masyarakatnya dan lingkungannya. Banyak peraturan yang mengatur sikap dari para warga. Misalnya berdiri di escalator harus di sebelah kanan, peraturan berbagai larangan untuk merusak ketertiban umum dengan denda, mendahulukan orang yang keluar dari MRT, dll. Sampai-sampai semua hal itu selalu ditulis di tiap sudut kota dan ada di TV seperti iklan tadi.

Kebanyakan orang Singapura adalah keturunan Chinese. Sedikit orang melayu, sedikit india dan bule ekspatriat asing. Mereka cenderung pendiam sekali. Di tempat umum ya jalan lurus diem. Aku jarang banget ngeliat ada orang yang tiba-tiba ketemu temennya gak sengaja dan nyapa lalalili hahahihi ngobrol di MRT. Secara kan MRT itu ramai banget passangernya. Mereka lebih suka nyalain gadget dan nancepin headset di kuping. Pada "autis" sama gadgetnya hahaha.

Saat aku tanya ke temen Pinoy yang pernah kerja di Singapura, kenapa mereka agak "autis"? Jawabnya: "They're busy people and always busy. And maybe because they're all educated also. I don't know if it's connected... hahaha" (dep)


video iklan layanan masyarakat pengguna trasportasi umum di Singapura. Termasuk adap berkendara. That's cool!


Komentar

Posting Komentar