Banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang,
berlomba-lomba menawarkan produknya untuk dapat digunakan oleh masyarakat.
Perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis pun, mulai tumbuh semakin
banyak. Berbagai produk dan layanan yang memiliki berbagai keunggulan fitur
ditawarkan. Berbagai keuntungan jika menggunakan produk diberikan. Hingga
memberikan bonus dan penawaran harga yang lebih murah dari kompetitor.
Misalnya, perusahaan di bidang provider telekomunikasi.
Semakin banyak perusahaan-perusahaan baru dengan berbagai jenis
produk-produknya. Misal PT. Telkomsel, PT. Indosat, PT. Bakrie Telecom, PT. XL
Axiata, dll. Perusahaan-perusahaan tersebut mengembangkan produknya ke berbagai
macam segmen. Sebagai contoh, Indosat dengan brand Matrix untuk layanan pasca bayar dan IM3 yang menyasar segmen
anak muda. Telkomsel yang memiliki merek KartuHalo untuk pasca bayar membidik
para pebisnis, Kartu As dan Simpati untuk prabayar untuk pengguna profesional
muda (sumber: Liputan 6.com, 2
September 2014). Tentunya, berdasarkan sasaran pengguna tersebut, provider
tersebut memiliki tarif yang berbeda. Untuk para pebisnis relatif lebih mahal
daripada pengguna generasi muda.
Tabel 1 Tabel Perbandingan Tarif Telepon Pascabayar
Telkomsel - KartuHALO
|
Indosat - Matrix
|
|
Tarif telepon (termahal)
|
Rp. 23/detik
|
Rp. 17/detik
|
Tarif SMS (termahal)
|
Rp. 180/sms
|
Rp. 99/sms
|
Sumber :
telkomsel.com dan indosat.com
Dari Tabel perbandingan diatas dapat dilihat, kedua
provider memberikan harga yang berbeda. Indosat dengan brand Matrixnya memberi harga yang lebih murah daripada KartuHALO.
Dari jenis layanannya sama, tapi mengapa Matrix dapat lebih murah? Yang
membedakan adalah dari segi kualitas dan layanan. Menurut Merdeka.com (7 Mei 2013), Telkomsel dari segi jumlah laba dan
jumlah pelanggan lebih besar. Hal ini merupakan salah satu indikator layanan
Telkomsel lebih unggul dari Indosat.
Di dunia perbankan, khususnya dalam bidang acquiring mesin Electronic Data Capture (EDC), juga terjadi “peperangan sengit”
antar bank. Dimaksudkan, bank penyedia layanan mesin EDC, saling berusaha
memberikan harga biaya mesin EDC kepada Merchant atau yang biasa disebut
Merchant Discount Rate (MDR) untuk setiap jenis kartu. Perang harga ini
biasanya terjadi untuk pemberian tarif MDR untuk jenis kartu Visa dan
MasterCard yang digesekkan di tiap mesin bank per transaksi. Pada awalnya, MDR
untuk kartu Visa dan MasterCard tiap transaksi adalah 2%. Tapi hal tersebut
tidak mutlak karena harga MDR dapat turun dengan pertimbangan bisnis. Misal,
jenis bisnis dan omzet yang didapatkan. Tentunya semakin besar omzet, MDR dapat
diturunkan.
Hal lain yang dapat menurunkan MDR adalah harga MDR di
bank kompetitor. Bank mengambil keputusan bisnis untuk menurunkan biaya MDR
karena para Merchant akan dapat tidak menggunakan mesin EDCnya karena
pertimbangan harga MDR yang lebih mahal dari bank lain. Sebagai contoh, salah
satu Merchant restaurant Bangi Kopitiam di Spazio Surabaya. Bank swasta
terbesar BCA memberikan MDR 2% tiap transaksi. Sedangkan dalam outlet terdapat
mesin EDC Bank Mandiri yang memberikan MDR 1,8%.
Menurut Liyannie Lie selaku Manager Acquiring Portfolio
Management, Card Center BCA, dalam acara sosialisasi internal peluncuran acquiring kartu American Express di
mesin EDC BCA Oktober 2014 mengungkapkan “Kita tidak ingin perang harga, karena
kita sudah ‘berdarah-darah’ dengan harga Visa dan Master, kita akan memberikan
layanan lebih yang dapat diterima di mesin EDC BCA.”
Strategi BCA dalam mengatasi perang harga dengan
kompetitor (khususnya dalam acquiring
mesin EDC) adalah dengan memberikan fitur lebih dan layanan yang kontinyu.
Seperti yang sudah berjalan di Merchant, mesin EDC BCA adalah mesin EDC yang
dapat menerima segala jenis kartu. Mulai dari Visa, MasterCard, JCB, Flazz, BCA
Card, Union Pay, Prima, Prima Debit, Debit BCA, hingga yang terbaru adalah
kartu American Express (Amex). BCA juga memberikan fitur lebih di mesin EDC
yaitu melalui Electronic Cash Register (ECR) yang merupakan pengintegrasian
antara mesin EDC dengan mesin Point Of
Sales (POS) di Merchant. Selain itu ada fitur Dynamic Currency Conversion (DCC) yang dapat menagihkan
pembelanjaan pemegang kartu dengan mata uang negara asal penerbit kartu.
Hal tersebut BCA lakukan demi memberikan layanan ke
Merchant dan nasabah. Karena inti dari sebuah penyedia service adalah kepuasan dan kenyamanan pelanggan selain dari sisi
harga. Memberikan pilihan kepada para pelanggan melalui keunggulan adalah hal
yang penting. Harga akan menjadi hal yang dapat dipertimbangkan oleh pelanggan
dengan sebuah pelayanan yang memuaskan. Secara global dengan hal tersebut, BCA
tetap bercita-cita menjadi Bank yang handal dan menjadi pilihan utama
masyarakat. (dep)
Komentar
Posting Komentar