Dalam memilih kamera, aku selalu menjatuhkan pilihan ke camera digital pocket. Kamera saku itu simple, praktis dan mudah penggunaannya. Apalagi karena ukurannya yang cukup kecil, gampang dibawa kemana-mana untuk traveling. Dibawa di dalam tas atau bahkan saku celana. Tapi kekurangannya adalah hasil kualitas gambar.
Kalau berbicara ingin mendapatkan kualitas gambar yang baik, pastinya bisa didapatkan dari camera digital SLR (DSLR). Tapi tau kan ya, DSLR itu ribet banget penggunaanya. Body camera yang segede mangkok, macam-macam lensa yang jumlahnya bisa ada selusin lebih dan belum lagi cara pakainya yang bikin pusing. Secara aku bukan profesional fotografer.
Aku sempat mikir, gimana caranya punya kamera yang gak simpel dan hasil gambarnya keliatan bagus? Nah, aku dapat pengetahuan baru tentang fotografi. Tepatnya mengenai kamera. Setelah browsing dan googling, ternyata telah diciptakan Digital Mirrorless Camera. Kualitas gambar yang dihasilkan kamera jenis ini, setara dengan DSLR. Cuma dengan body camera yang lebih kecil. Aku cukup surprise! Atau tepatnya agak katrok bin telat baru tau. Haha.
![]() |
Salah satu fitur yang wajib ada: bisa muter 180 derajat untuk selfie narsis. Haha |
Banyak toko yang menyarankan untuk ngambil Sony NEX, karena aku pengen punya mirrorless camera yang hasilnya bagus, simpel dan layarnya bisa diputar 180 derajat untuk foto diri sendiri (self potrait). Itu adalah must have specification alias hal yang paling penting. Haha. Banyak lini Sony NEX yang punya layarnya diputar 180 derajat dan dilengkapi konektifitas WiFi.
Ada salah satu kios di Royal Plaza yang sangat kontradiktif sama Sony NEX. Dengan telatennya, si koko penjual membandingkan dengan camera mirrorless merek lain seperti Nikon, Canon dan Olympus. Dia merekomendasikan untuk pakai Olympus. Dan memang saudara-saudara, hasil gambar dari Sony pecah. "Apalagi kalau dicetak. Kalau pecah gambarnya, kameranya gak bisa dibalikin!" katanya. Nah lho, gue jadi tambah galau. (lebay hehe). (dep/bersambung)
Next story : Berburu Kamera Gambar Oke yang Ini Itu (Part 2)
Komentar
Posting Komentar