Drama Ketinggalan Pesawat (Part 1)


Kebanyakan dari para wisatawan ingin selalu menikmati seluruh tempat wisata yang ada. Bagitu juga dengan aku. Tapi, ada yang berbeda dengan destinasi tempat wisata saya. Yaitu, wisata bandara, jalan-jalan di bandara.

Sebenernya ini rada aneh sih, ngapain juga jalan-jalan muterin bandara udara? Tapi, ini adalah hasil dari pengalaman besar di hidup saya. Ketinggalan pesawat saat pertama kali traveling ke luar negeri. Bagus!

BUDAYA JAM KARET
Ketinggalan pesawat merupakan pelajaran berharga banget buat aku. Selain kehilangan, waktu, energi, pikiran, uang, juga kehilangan muka. Intinya sih harus disiplin aja. Sedangkan disiplin atau telatan atau budaya 'jam karetnya' orang Indonesia rasanya sudah menjadi masalah besar yang sudah berakar.

Cerita tragis, traumatis dan dramatis (baca: ketinggalan pesawat) itu sebenarnya sangat membekas. Sampai-sampai aku selalu memutuskan untuk menambah hari atau mengosongkan jadwal traveling dari segala bentuk jalan-jalan kecuali di airport.

Jadi ceritanya pertama kali traveling ke luar negeri, ke Kuala Lumpur, Malaysia. Di hari terakhir perjalanan yang cuma 3 hari 2 malam, aku dan partner travelling memutuskan hari ketiga tersebut adalah hari belanja. Akhirnya kita berdua beli-beli di pasarnya China Town KL. Acara shopping di China Town berjalan dengan lancar sesuai dengan yang di rencanakan. Setelah naruh barang belanjaan di hostel, kita menuju bukit bintang dengan monorail. Sampailah di Bukit Bintang KL yang terkenal dengan mall berjejer-jejernya itu.

Muter-muter, dikit foto-foto dan makan. Sebenernya aku lebih suka mencoba makanan khas Malaysia, atau yang gak pernah aku makan di Indonesia. Tapi si partner itu malah minta masuk ke Coffee Bean. Hal yang aku pikirkan adalah "ngapain jauh-jauh tapi makan di Coffee Bean". Aku berusaha ngajak ke tempat lain tapi dia bilang "aku takut gak cocok makan-makanan yang aneh-aneh, dan aku pengen ngecas HP" adoooh.

Ya sudah aku turutin dengan dia makan chocolate cake. Eh rasanya kelamaan banget aku nungguin dia. Ngerasa rugi waktu aja ngebuang-buang waktu di cafe. Mendingan aku jalan-jalan sendiri deh. Akhirnya kita sepakat untuk pisah dan jalan sendiri dan ketemu di hostel jam 5 sore.

Aku jalan lah keluar dari Bukit Bintang dengan monorail ke arah KL Tower. KL Tower itu dikelilingi oleh taman yang cukup gede. Aku bingung dimana pintu masuknya, akhirnya cuma lihat di pinggir tamannya dari kejauhan. Kemudian aku ke subway untuk ke daerah kampung arab. Disana banyak lapak-lapak yang menjual produk islami seperti kerudung, sarung, tasbih, asesoris dll. Banyak juga restoran Arab, India dan Pakistan. Di daerah situ juga ada masjid yang cukup besar. Karena hari semakin sore udah setengah 5 sorean, aku memutuskan balik ke hostel sesuai dengan kesepakatan partnerku tadi.

Nyampai deket hostel, aku kelaparan. Aku mampir di KFC dan makan. Gak kerasa udah jam 5 sore. Aku nyampai di hostel udah jam 5 lebih 15 menit. Itu aja udah terlambat 15 menit dari janji ya. Aku sampai di resepsionis hostel, partnerku itu belum datang.

Sambil nunggu aku ngobrol sama si engkong, dia nanya "What time is the flight?" aku jawab 9PM. Lalu si engkong bilang aku harus naik bus paling lama setengah 7 malem kalo sudah lebih dari jam itu, pasti ketinggalan. Waktu dibilangin kayak itu, rasanya kayak kepentung gong. GONG!

Dan tiba-tiba, diluar hujan deras... (dep/bersambung)

Komentar