Berlari Di Jawa Tengah (Part 1)

26 - 30 January 2012

Ini bener-bener kesempatan yang langka buat aku. Sambil traveling hemat, aku bisa ngerti bagaimana pariwisata Indonesia dan ngelihat langsung kondisinya. Kalau bukan karena Ridlo yang orang Jawa Tengah, aku gak bakal bisa melewati gunung, lembah, nyupir motor di hutan, jalan-jalan di pinggir laut sampai naek boat ke Pulau Nusa Kambangan.

Rata-rata temen-temen di Surabaya pada nanya heran: "Ngapain Dev ke Jawa Tengah?". Emang kebanyakan orang Jawa Timur pasti ke tempat wisata yang populer seperti Jogja dan sekitarnya. Tapi ini ya traveling. Harus nyoba yang beda. And I was excited!

Perjalanan kali ini di rencanakan dengan sangat terburu-buru. Karena aku menunggu kepastian dari jadwal kampus Ridlo yang sangat Geje bin Gak Jelas Banget. Hampir kehabisan tiket kereta juga. Sedikit cerita, Ridlo ini rumah keluarganya di Pekalongan. Jadi aku dapet tumpangan gratis hehehe. Tujuan pertama adalah Pekalongan kota Batik. Setelah itu Purwokerto dan Cilacap. Mampir juga di Purbalingga sebelumnya. Karena agak terburu-buru, jadinya agak 'lari-lari' deh rasanya. Tapi fun!

KOTA BATIK YA PEKALONGAN
Nyampai Pekalongan sudah cukup malam jam 11. Jadi langsung istirahat untuk besok pagi. Dan aku diajak Ridlo dan adeknya--Alan--ke museum Batik. Ternyata, museum yang cukup baru ini, diresmiin oleh pak Presiden SBY. Koleksinya ada batik yang bagus-bagus dan tergolong tua. Ada juga koleksi pemberian dari Pak SBY dan Bu Ani Yudhoyono beserta Wakil Presiden Boediono.
Signage B A T I K di depan museumnya. It's cool!
Selain pameran kain batiknya, ada juga cara proses pembuatannya. Baru pertama kali seumur hidup aku belajar buat nyanting alias menggambar batik di kain. It was great experience. Ternyata setelah di gambar prosesnya banyak juga lho. Dicucinya aja beberapa kali amapai akhirnya menghasilkan selebar kain batik yang bisa kita pakai. Kalau batik tulis, untuk mendapatkan tintanya bener-bener pakai hasil ekstraksi tanaman tradisional.
Proses pembuatan Batik (dari kiri ke kanan) (pembuatnya aku lho hehe):
Ambil tinta, ditiup, digambar, dicuci, dijemur, jadi deh :D
Setelah itu ke pantainya Pekalongan, Pantai Slamaran dan Pantai Pasir Kencana. Pekalongan ini kotanya ada di pinggir laut pantai utara. Jadi penduduknya bekerja sebagai nelayan, ada tambaknya, pokoknya kelihatan ikan melimpah. Kata Ridlo, Pekalongan itu langganan banjir. Air merembes ke rumah-rumah.

Saat itu, kondisi cuaca masih musim hujan. Aku sampai dibuat heran secara itu laut utara yang biasanya gak ada ombak, ini sampai menggulung-gulung kayak di pantai selatan dengan hujan gerimis rintik-rintik dan berubah deres. Anginnya jangan ditanya. Woz woz ngowoz.

Setelah di pantai, aku diajak Ridlo keliling tempat perbelanjaan di Pekalongan. Mulai dari mall sampai pasar tradisional. Gak kerasa udah dikelilingi seharian Sriratu, Mall Borobudur dan Sriratu Mega Centre. Menurutku potensi Pekalongan kota Batik dan kota yang menghasilkan kekayaan laut ini kurang tereksplor secara maksimal. Seharusnya pemkabnya bisa ngebuat pusat bisnis yang kental dengan budayanya Pekalongan. Jadi banyak turis yang mampir untuk Batik dan olahan ikannya. Perekonomian warganya bisa tambah naik dari sekarang. Btw, investor kondang sekelas Ciputra sedang membangun perumahannya lho disana, Citra Garden Pekalongan. Itu kan tandanya kota Pekalongan dilirik perusahaan besar.

Masalah kuliner nih ya, bener-bener beda sama makanan Surabaya. Seperti biasa, Jateng kan rata-rata manis makanannya. Tapi banyak juga lho makanan yang tergolong asin. Aku makan nasi Megono sama Soto Pekalongan. Megono itu semacam Gudeg kering yang dicampur kelapa. Terus Sotonya mirip rawon tapi pakai Taoco. Unik deh.

Bahasa jawanya juga lucu lho. Aku cenderung gak bisa ngerti maksudnya dalam penerapan kata. Misal, Bali dateng pundi. Itu maksudnya asalnya mana. Apalagi bahasa jawanya suka disingkat-singkat. Lagi opo? jadi Gipo? hahaha (dep/bersambung)


Komentar